You Were The Universe

Adalah kamu cerita di balik hingar bingar dunia,
Bab yang selalu ingin ku baca,
Adalah kamu yang ku lihat di kaki langit kota,
Dari ribuan konstelasi mengapa matamu yang bersuar?

Adalah kamu yang pernah mengenalku,
Mengapa masih kamu yang selalu ingin ku dengar,
Mengapa masih kamu yang selalu ingin ku tulis,
Dari miliaran kode enigma mengapa pikirmu yang selalu tak terpecahkan?

Adalah kamu, perbincangan yang selalu ingin ku bahas,
Melebihi Star Wars atau Avengers, sekalipun.
Mengapa kamu yang selalu bertengger di headline harianku?
Meski kamu bagaikan serial televisi yang diputar satu season saja.

Tidak kah kamu tahu bahwa aku ingin melihat serial itu lagi untuk selamanya.

Kini entah di rasi bintang mana kau berlabuh,
Atau dimensi apa yang kau diami,
Meski gigi rapi mu masih bisa ku lihat setiap harinya,
Aku hanya bisa berpura-pura menyangkal mata ku atas apa yang mereka lihat.

Aku yakin kamu merasakan atmosfer kenaifanku,
Sebagaimana kamu merasakan tingkah bodohku dulu,
Gagak-pun akan selalu parau karena ia takkan pernah menjadi Kenari,
Karena bias cahaya akan selalu apa adanya.

Karena masih kamu sejauh apa aku pergi.
Adalah kamu bagai akselerator dalam bungker jantungku,
Yang meningkatkan debit darah setiap mata ini melihat namamu terpampang,
Bahkan sphygmomanometer tak mampu mengukurnya.

Maaf ini hanya ke-egoan dan ke-immaturan ku,
Ku harap kau tahu, bahwa saat aku melihatmu aku merasa aku sedang berhadapan dengan cerminan diriku sendiri,
Semua tutur dan muslihatmu tak pernah ku lewatkan, semuanya tampak jelas bagiku.
Terkadang kau selalu selangkah lebih maju, begitu juga aku. Karena sejatinya aku menghadapi diriku sendiri.

Sejauh aku berkelana mencari keindahan,
Semuanya gugur berpulang pada keanggunanmu,
Air mancur di jantung kota itu lah bersaksi,
Sejatinya aku terlalu bodoh untuk mengenalmu.

Jika ku dapat memasukan semua tentang mu pada koridor kenangan,
Sungguh itu akan menjadi kaleidoskop terindah yang pernah ku miliki,
Atau jika ku dapat berlari menembus lini waktu,
Kupastikan ku kembali ke masa hari pertama aku mengenalmu dalam balutan jeans-
untuk mengenal mu . . .
. . . Sekali lagi.



~ Sang Binasa

within undying love, December 22, 2015.

No comments:

Post a Comment