Aku seperti tanpa ruang,
Yang menggeliak kian kemari tanpa tujuan,
Aku seperti tanpa waktu,
Yang tak tahu untuk apa aku ini.
Seperti tanpa asa,
Berartikah nadi ini berdenyut?
Seperti tanpa markah dalam pikiran,
Seolah hanya merotasi otak ini tidak-dengan-tanpa tujuan.
Aku hanya dengan beberapa desibel suara angin,
Yang berbisik lirih merampas perhatianku,
Aku hanya dengan beberapa kandela cahaya,
Yang menyapa tanpa hangat di lapisan epidermisku.
Sejenak sunyi, mereka meninggalkan naungannya,
Namun mereka tetap ada,
Ku biarkan tanya ini meroket menembus nebulaku,
Ku pastikan selarik jawaban diatas perkamen tua.
Meski tak sehebat hurricane,
Tak segelegar guntur,
Tak setinggi geyser,
Tak seindah aurora,
Tak seluas angkasa,
Tak sedalam mariana,
Tak secepat cahaya,
Tak seagung matahari,
Tak sekuat lubang hitam, dan
Tak sesempurna ciptaan-Nya
Ku jadikan setiap hembus nafas adalah
Pondasi vibranium yang membawaku pada saat dimana orang mengerti “SIAPA AKU”
Dengan lama ku ceritakan,
Namun begitu sebentar mereka dengarkan,
Semua sirna saat amplifier hitam-
Melantunkan adzan pukul tiga sore.
Yang menggeliak kian kemari tanpa tujuan,
Aku seperti tanpa waktu,
Yang tak tahu untuk apa aku ini.
Seperti tanpa asa,
Berartikah nadi ini berdenyut?
Seperti tanpa markah dalam pikiran,
Seolah hanya merotasi otak ini tidak-dengan-tanpa tujuan.
Aku hanya dengan beberapa desibel suara angin,
Yang berbisik lirih merampas perhatianku,
Aku hanya dengan beberapa kandela cahaya,
Yang menyapa tanpa hangat di lapisan epidermisku.
Sejenak sunyi, mereka meninggalkan naungannya,
Namun mereka tetap ada,
Ku biarkan tanya ini meroket menembus nebulaku,
Ku pastikan selarik jawaban diatas perkamen tua.
Meski tak sehebat hurricane,
Tak segelegar guntur,
Tak setinggi geyser,
Tak seindah aurora,
Tak seluas angkasa,
Tak sedalam mariana,
Tak secepat cahaya,
Tak seagung matahari,
Tak sekuat lubang hitam, dan
Tak sesempurna ciptaan-Nya
Ku jadikan setiap hembus nafas adalah
Pondasi vibranium yang membawaku pada saat dimana orang mengerti “SIAPA AKU”
Dengan lama ku ceritakan,
Namun begitu sebentar mereka dengarkan,
Semua sirna saat amplifier hitam-
Melantunkan adzan pukul tiga sore.
Putra Sang Binasa
Purbalingga, September 24th 2013.
No comments:
Post a Comment