Catatan Hidup

Dear God,

Umat manusia bernafaskan dibumi dengan semua kelebihan yang tinggi dan terlahir secara sempurna sebagai makhluk hidup yang Tuhan pernah ciptakan.
Kita bersyukur atas semua yang telah Tuhan kita karuniakan, sehingga kita dapat bertahan di angkasa raya ini, dan berlomba-lomba mempersiapkan untuk hari kita pulang ke dunia kita berada
sebelumnya.

Dalam hidup di dunia ilusi yang fana ini sering kali kita dihadapkan dengan jurang yang dalam dan lembah yang tinggi nan terjal, untuk bisa menggapai apa arti hidup kita sebagai umat yang sempurna dituntut untuk memerangi dunia dalam dan dunia luar kita.
Dimana sesuatu yang Tuhan anugerahkan harus kita berdayakan dengan semua akal pikiran sehat kita, demi membangunkan jiwa-raga yang terjatuh dan terkapar ditengah perjalanan yang kita tak pernah mengerti dimana ujung jalan ini berkakhir.

Meski terasa seperti melihat dalam kegelapan, mata ini tak kuasa membimbing diri ini melangkah dan berjuang. Rasa inilah yang terkadang mengiringi jalan kehidupan yang tidak pernah sempurna, meski kemuliaan dan kesempurnaan dalam hidup selalu menjadi mimpi indah bagi setiap umat manusia, namun bukan suatu hal yang ironi jika mereka yang diatas terjatuh dibawah kita, karena memang sebenarnya dunia ini tidak hanya berputar secara fisik, namun semua isi dan sesuatu yang tinggal didalamnya akan merasakan bagaimana saat kita diatas dan dibawah kehidupan layak.

Sesuatu hal yang mutlak dan sudah semestinya berada pada darah-daging kita, disetiap waktu seiring kehidupan kita memudar hanya satu nama dan tempat kita berteduh, menyebut Dzat yang Maha Sempurna dari kehidupan, Maha Agung dari singgasana seorang raja tertinggi, Dialah Tuhan yang membimbing dan menerangi jalan kita, disanalah tujuan hidup kita terbaring, akankah kita menggapainya?

Dan kita tidak akan pernah mendapatkan jawabannya walau sampai hari dimana matahari secengkal diatas kita, yang kita perlukan bukanlah jawaban, melainkan sebuah perjuangan sepanjang hidup yang tak berujung. Suatu hari dimana kita merasa lemah dan tak berdaya hingga seolah-olah nafas ini tak berarti lagi, disaat itulah kita sudah dekat dengan jawaban kita, dan kita hilang dari fabel kehidupan ini.

Hidup, tentang hidup adalah sebuah warna didalam percikan warna-warna dalam kanvas, itulah seseorang. Untuk menjadikan hidup ini berwarna seseorang harus melangkah membuat angan-angannya terlukiskan, sebuah tujuan dalam dunia ini, yaitu hidup dalam keberhasilan. Tentu untuk meraihnya tak semudah menangkap angin, kita dituntut untuk menyalakan api semangat, semangat yang memotivasi kita dari dalam diri kita sendiri untuk berjalan melawan angin yang membawa pasir.

Sepanjang hidup ini, hidup adalah sebuah pilihan. Yang dalam perjalanan selalu menemukan persimpangan, disitulah hukum pilihan berlaku. Kita tidak mungkin melangkahi dua jalan yang berbeda. Untuk menentukan jalan yang akan kita lalui, terkadang kita butuh suatu pertimbangan dan pembicaraan besar dengan diri kita, orang terdekat dan keluarga. Keluarga, terbaik orang tua, orang tua dianugerahkan oleh Tuhan untuk menjaga, merawat, dan membimbing kita untuk berhasil hidup di dunia ini hingga kita kuat untuk bertahan tanpa mereka. Bimbingan dan nasehat dari mereka tak akan pernah menjerumuskan akan selalu menuntun kita pada cahaya. Orang tua, keluarga selalu memberikan yang terbaik dan tak ingin kita hidup dibawah garis kehidupan, namun adakalanya sesuatu yang mereka tentukan demi kebaikan kita, tidak sehati dengan jalan yang sedang kita tentukan sendiri, tumbuhlah rasa bimbang. Karena pilihan itu memang sulit dan berat, dan kita tak akan pernah bisa lari jauh dari semua ini, melainkan hadapi dan lewati.

Tanamkan semua perkataan yang orang tua katakan dan lakukanlah dalam dimensi pikiran, dan tanyakan pada hati, apakah ini yang terbaik bagiku? Jika hati tak kuasa menjawab pesan ini, maka Dzat yang Maha Kuasa yang sebenarnya memberikan jalan terbaik melalui hati nurani kita, hati terkecil. Ikutilah naluri meski tampak gelap untuk dilakukan, yakin dan pasti ini yang terbaik. Karena hati kecil lah yang terbaik untuk menentukan yang terbaik bagi diri kita, lebih baik dari guru, orang tua, dan keluarga. Karena semua hal yang terbaik akan terjadi jika kita mengikuti apa kata hati kita. Disitulah jalan mulai terlihat, dan mulai mencoba menyusuri langkah demi langkah hingga waktu yang akan menjawab.

Kesuksesan di dunia, mungkin garis akhir yang setiap umat manusia kejar, betapa bahagia jiwa yang berhasil meski kebahagiaan itu hanya sesaat di bumi, namun serendahnya kita merasakan apa itu kebahagiaan, dan bukan berarti kita selesai. Garis akhir yang sebenarnya kita kejar masih jauh disana, menjadikan perjuangan kita belum selesai sampai disini, semua yang kita lakukan seiring menempuh keberhasilan tak luput dari perjuangan untuk tempat terakhir kita. Itulah hidup yang tak berujung, semua hal di dunia ini tak ada habisnya jika kita mengikutinya, hawa nafsu. Hal yang kecil namun berdampak menjatuhkan kita jika diri kita dikuasainya, maka bab pertama yang dilakukan, kuasailah diri sendiri, dan kendalikan semua pikiran yang terkuasai, sedikit demi sedikit kuasai dunia sekitar kita dan mulai belajar untuk menaklukannya, suatu keberhasilan di dunia, semua ini tak luput dari do’a dan pintaan pada Yang Maha Kuasa.

Dengan kedamaian dalam jiwa dan pikiran kita merangkai hidup, walau sulit untuk ditemukan, kita tinggal dalam arah yang drastis dan mencari jalan lain untuk menghilangkan sesuatu yang buruk, karena hidup ini tak pernah semonoton tinta hitam. Seiring kita menutup mata kita malam ini dan berdoa untuk hidup yang lebih baik dan berharap keberhasilan mengiringi kita dalam kehidupan di dunia dan akhirat.

Tetap berpacu pada naluri kita dan temukan sebuah jalan yang terbaik, jalan masih begitu panjang dan tak berujung, dan ingat. Kita berjalan bukan untuk menggapai ujung, tapi kita berjalan untuk bagaimana kita bisa berhasil jika kita berada diujung kehidupan ini dan hilang untuk selamanya…
[arti suatu perjalanan hidup]
 







12.12 AM | January 12th, 2012
Sang Binasa

No comments:

Post a Comment