3371 MDPL : Sebuah Mimpi Yang Tak Terduga [Part 1]

Mimpi adalah satu hal terindah yang Tuhan anugerahkan dimana kita bisa merasakan semua keinginan setinggi nirwana sekalipun, berangan, berimajinasi dan aksi tak luput dari perjalanan berburu impian. Dari mimpi ini perjalanan kami bertujuh dimulai, satu mimpi yang belum pernah kami gapai, dan ini akan bermuara di tanah tertinggi.

Saat itu awal musim gugur ditahun 2013, kami adalah sekawanan anak-anak muda yang haus akan tantangan dan hal baru, dimana pada saat usai pelajaran kami bertemu dilantai terbawah kastil ungu yang kami kunjungi setiap hari selama tiga semester ini. Ya, itu basement tempat anak-anak nongkrong dan bertukar pikiran dalam gurau. Anak laki-laki berkacamata dengan rambut poni samping panjang yang khas anak muda kampus, dengan celana jeans biru, dan tas gendong Palazzo warna merah-hitam dia bernama Adies, anak yang cukup menonjol di gengnya dan disampingnya tampak mengikuti satu anak berjaket Arei, bersepatu Converse dan berbadan besar yang mempunyai nama Nunu begitu kami memanggilnya. Duo ini adalah aktivis lapangan bagi kelas kami dimana saat ada acara kelas pasti duo ini sedia turuntangan. Mereka berdua menghampiriku yang sedang duduk di lobi basement dan memberikan satu ide ajakan yang belum pernah saya lakukan sebelumnya. Mereka mengajak mendaki salah satu gunung di tanah Jawa Tengah ini, yaitu Gunung Sumbing dengan tinggi 3371 meter diatas permukaan laut. Ini memang bukan kali pertama aku diajak untuk mendaki namun entah kenapa aku sangat berniat untuk mengiyakan ajakannya, tanpa pikir panjang aku memutuskan untuk gabung meskipun masih sedikit ragu. Aku pun menanyakan siapa saja yang sudah fixed untuk bergabung, Adies menjawab dengan gaya santainya. "Datang saja ke kos'an ku besok pagi jam 9, sekalian bahas perlengkapan segala macem". Baiklah, kataku. 

Sekitar jam 09.30 aku sampai di kos Adies, disana aku mendapati beberapa orang yang sudah tidak asing lagi, ya mereka semua adalah teman dekatku. Aku berjabat dengan semua orang diruangan itu satu persatu, Aldy adalah anak keren yang jago main keyboard dengan dandanan yang kasual khas dia banget, dan rambut gondrong yang sedikit acak-acakan tampak dia sedang membaca daftar perlengkapan yang dibawa saat mendaki besok, disampingnya ada Cherly, anak perempuan yang sedikit misterius tapi asyik, mempunyai mata yang seksi dengan pandangan bagai kucing yang lucu dan menyukai warna hitam. Persis didepannya ada beberapa teman-temanku yang tak luput ku berjabat dengan mereka semua. Hasil dari pertemuan ini adalah ditentukannya tanggal keberangkatan dan semua perlengkapan gunung, mulai dari tenda hingga makanan, kami memutuskan untuk iuran untuk membeli tenda. Keberangkatan ditentukan tanggal 12 September 2013, dan pendakian dimulai tanggal 13 September 2013. Sebenarnya ide mendaki ini di ilhami dari film sukses Indonesia tahun 2012, yang bertajuk 5cm. karya sineas kondang Rizal Mantovani setiap orang dari kami begitu mengagumi film ini sehingga kami ingin melakukan hal yang sama, mendaki satu puncak gunung bagai menggapai cita-cita kita diatas sana.


Tepat H-1 adalah kumpul terakhir kami dibasecamp (kos Adies) untuk mempersiapkan perlengkapan, total anak yang bergabung adalah 7 mereka adalah, Adies, Nunu, Aldy, Cherly, Anggi, Ahmar, dan terakhir Aku. Anggi adalah seorang pekerja keras dimana setiap hari dia membantu Ayahnya berjualan roti dini hari di pasar, berpawakan besar, suka bercanda, dan mempunyai muka yang mirip dengan Ariel NOAH. Dan Ahmar adalah anak yang konyol, ceroboh dan ribet tapi dia seru dan gokil abis, dan kami semua saling menyayanginya. Sore menjelang, kami menyatukan tangan kami dan berdua kelak ini akan berharga bagi kita semua, sampai bertemu besok kawan.

12 September 2013 kami bertujuh dengan carrier dipunggung siap melakukan perjalanan yang tak terduga, tepat pukul 13:14 kami bertujuh berangkat dari basecamp jalan kaki menuju halte, tak terlalu lama menunggu kendaraan berwarna orange tua menghampiri kami yang kebetulan kosong sehingga carrier bisa masuk semua, pukul 13:24 kami menuju terminal. Tepat pukul 13:58 kami sampai di Terminal Bus Purwokerto, begitu banyak calo di terminal namun kami tetap mencari bus tujuan kami yang membawa kami jauh dari tempat kami berasal. Pukul 14:04 kami berangkat dari Terminal Purwokerto menuju Desa Garung, Wonosobo. Perjalanan memakan waktu yang cukup lama karena rute yang memutar dikarenakan ada urusan pribadi si sopir (memang tidak profesional), sembari menunggu sampai ditempat tujuan kami memutuskan makan sedikit perbekalan kami, beberapa potong kue jambore buatan Anggi ludes disantap, sambil mendengarkan Coldplay aku pun ikut menyambar bungkusan berisi kue jambore itu.

Setelah memakan waktu hampir 3 jam dijalan bus yang kami naiki berhenti disuatu kota kecil yang cukup ramai, entah kenapa kami diturunkan ditempat itu dan menyuruh kami mencari bus lain yang menuju ke Garung, ternyata bus ini tidak sampai pada tujuan awal kami. Dengan sedikit kecewa kami menurunkan semua barang-barang kami dan menunggu bus lain kian datang, meski gerimis dan dingin menyelimuti namun kami tanpa sedikitpun patah semangat, karena hati dan mimpi kami sudah berada di puncak Gunung Sumbing.

Hampir setengah jam kami mengunggu atas izin-Nya bus yang akan membawa kami-pun datang dan menderu dalam dingin menuju Garung, Wonosobo. Dalam perjalanan sunset yang indah di pengunungan hatiku terbuka untuk mengabadikan momen ini dalam tulisan, kuputuskan untuk mengambil buku catatanku yang ku selipkan dalam tas kecil dan menumpahkan apa yang ku rasakan dalam bait kata-kata (Lihat: 3371 MDPL). Selesai ku tulis, salah satu temanku menepuk pundakku dan berkata bahwa kita sudah sampai lekaslah turun. Tepat pukul 17:39 kami bertujuh sampai di Desa Garung pintu masuk jalur pendakian, hawa dingin dan kabut seolah tak henti-hentinya menerobos masuk menembus tulang, kuputuskan untuk mengenakan jaket tebal yang ku bawa dari rumah. Adies menghubungi temannya yang akan menjadi Leader pendakian kami kali ini, saat mendapati bahwa temannya itu baru mau berangkat dari Yogyakarta pukul 21:00 nanti sehingga kami memutuskan untuk menunggu mereka di basecamp pendakian. Jalan beraspal menanjak nan dingin sepanjang sekitar satu kilometer kami susuri, ku bayangkan jalan sejauh ini saja sudah letih bagaimana besok saat mulai benar-benar mendaki? Tapi ku urungkan tanya itu, hanya satu kata modal sampai disana, Yakin. Ini adalah bagian dari menggapai mimpi selalu berat saat pertama kali memulai.


Pukul 18:13 kami sampai di basecamp, kami cukup tak menduganya bahwa kami berhasil melakukannya ditahap sangat awal ini, satu keberhasilan bersama sahabat, disinilah awal kita. Sempat menunggu beberapa saat karena pintu basecamp masih terkunci, setelah beberapa menit tampak seorang laki-laki berkerudung sarung, bercelana kain panjang, mengenakan ketu dikepalanya yang cepak dan membawa senter datang menghampiri kami dan menyanyakan beberapa hal mengenai kami sambil membukakan pintunya, kami dipersilakan masuk. Lantai basecamp terasa terbuat dari lapisan es yang beku, kami langsung bersiap untuk makan malam dan aku sendiri mencari air panas di warung depan basecamp. Saat itu hanya ada tim pendaki dari kami belum ada pendaki yang lain sehingga kami begitu leluasa untuk bersendagurau, pukul 18:24 kami makan malam bersama di teras depan, Aku yang membawa perbekalan dari rumah ku buka yang rasanya sedikit-nyaris bau tanpa menunggu menjadi basi langsung ku lahap bekalku. 

19:00 saat bersantai dan melepas lelah setelah perjalanan bermil-mil dari barat, kini kami begitu menikmati waktu bersama yang hangat meski dingin teramat sangat di teras depan setiap anak dari kami berjejer di bangku mengelilingi meja panjang, sambil menikmati minuman sereal panas dan kacang asin kami bercerita banyak tentang semua yang kami rasa, kehangatan persahabatan sangat terasa saat itu, seolah kami berpikir kalianlah yang kami butuhkan dan ingin selalu ada disisi kami. Waktu yang berharga ini tidak kami sia-siakan semua yang kami punya dan semua yang kami utarakan menjadi satu dalam satu mimpi dan tujuan, dan kami akan menggapainya bersama di puncak itu esok saat matahari dengan gagah menaungi kami.

Hari esok adalah hari yang takkan pernah terlupakan dan menjadi hari besar bagi ketujuh pemimpi ini, tepat pukul 21:00 kami mengistirahatkan dan bersiap untuk hari esok yang tak terlupakan..


3371 MDPL [Part 1] : An Unexpected Dream


~Sang Binasa
March 16th, 2014

No comments:

Post a Comment